Sejumlah warga
Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu mengaku
keberatan dan meminta agar pertunjukkan seni beladiri tradisonal yang
mengandung aksi "mengerikan" tidak ditampilkan dalam acara-acara yang
dilaksanakan di Pulau Seribu.
"Kita keberatan, memang itu salah satu seni beladiri Indonesia. Tapi kalau mengerikan seperti itu rasanya tidak pantas apalagi banyak anak-anak yang melihat," ungkap Boyo, warga Pulau Pramuka, Selasa (17/9).
Menurut dia, pertunjukkan budaya tradisional yang dilaksanakan Unit Pengelola GOR Bahtera Jaya di Plasa Kabupaten di Pulau Pramuka yakni Debus mengandung unsur kekerasan dengan mempertunjukkan kengerian.
"Jangan dah, kita keberatan apalagi dilaksanakannya siang. Tidak ada manfaatnya dan di Pulau Seribu itu tidak ada," tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Nurdin, Tokoh Agama Pulau Pramuka ini meminta dengan tegas agar pertunjukkan yang berbau mistis dan melakukan ritual tertentu tidak lagi ditampilkan di Pulau Seribu.
"Secara pribadi saya tidak terima, dan mohon hal-hal seperti itu tidak lagi ditampilkan. Dampkanya bukan lagi hiburan. Jadi kalau mau menampilkan sesuatu yang menghibur dan aman," jelasnya.
Ihwal keberatan berawal atraksi debus yang dipertunjukkan saat pagelaran seni tradisonal festival beladiri pantai. Seorang pendekar dengan sebilah golok mengiris lidah hingga terpotong dan darah mengucur. Tak lama, potongan lidah itu dapat menyambung kembali seperti sedia kala. [Rudianto]
"Kita keberatan, memang itu salah satu seni beladiri Indonesia. Tapi kalau mengerikan seperti itu rasanya tidak pantas apalagi banyak anak-anak yang melihat," ungkap Boyo, warga Pulau Pramuka, Selasa (17/9).
Menurut dia, pertunjukkan budaya tradisional yang dilaksanakan Unit Pengelola GOR Bahtera Jaya di Plasa Kabupaten di Pulau Pramuka yakni Debus mengandung unsur kekerasan dengan mempertunjukkan kengerian.
"Jangan dah, kita keberatan apalagi dilaksanakannya siang. Tidak ada manfaatnya dan di Pulau Seribu itu tidak ada," tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Nurdin, Tokoh Agama Pulau Pramuka ini meminta dengan tegas agar pertunjukkan yang berbau mistis dan melakukan ritual tertentu tidak lagi ditampilkan di Pulau Seribu.
"Secara pribadi saya tidak terima, dan mohon hal-hal seperti itu tidak lagi ditampilkan. Dampkanya bukan lagi hiburan. Jadi kalau mau menampilkan sesuatu yang menghibur dan aman," jelasnya.
Ihwal keberatan berawal atraksi debus yang dipertunjukkan saat pagelaran seni tradisonal festival beladiri pantai. Seorang pendekar dengan sebilah golok mengiris lidah hingga terpotong dan darah mengucur. Tak lama, potongan lidah itu dapat menyambung kembali seperti sedia kala. [Rudianto]
Sumber Berita: http://beritapulauseribu.com/berita-warga-keberatan-atraksi-mengerikan-tampil-di-pulau-seribu.html#ixzz2fNtTM3pm