Kupang: Lima lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional memprakarsai gerakan bersama perbaikan gizi di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gerakan bersama ini dimulai dengan dialog publik bertajuk '1.000 Hari Pertama Kehidupan', Selasa (24/9). Dialog tersebut bertujuan membangun pemahaman dan meningkatkan kesadaran pengambil kebijakan di daerah itu mengenai pentingnya perbaikan gizi.
Lima LSM itu ialah Wahana Visi Indonesia (WVI), World Food Programme (WFP), Action Contre La Faim (ACF), The Australian Agency for International Development (AUSAID), The United Nations Children's Fund (UNICEF), dan Advokasi Pemberdayaan Pengembangan Kampung (Bengkel Apek).
"Balita NTT harus mendapatkan gizi seimbang sehingga dapat menghasilkan generasi berprestasi karena jika gizi otak dan otot tercukupi, produktivitas kerja pun optimal," kata Kepala Badan Infokom NTT Richard Djami.
Balita yang mengalami gizi buruk kronis di daerah ini masih tinggi, yakni mencapai 58,4%. Penderita gizi buruk paling banyak terdapat di Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar 59,6%. Sedangkan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 57,0%.
Adapun di Kabupaten Manggarai dan Kupang masing-masing memiliki masalah gizi buruk akut yang tinggi, yaitu 33,3% dan 21,1%.
Menurut Richard, faktor kurangnya asupan gizi terjadi sejak kehamilan. Buruknya pemberian makanan antara lain karena rendahnya angka pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0 hingga enam bulan, pengenalan makanan tambahan yang terlalu dini, kurangnya konsumsi makanan bermutu pada anak umum enam hingga 24 bulan.
Hal itu, ujarnya, sebagai dampak dari beban kerja dan kurangnya pengetahuan para orang tua tentang gizi balita.
Ia mengatakan, implikasi balita yang mengalami gizi buruk kronis dan gizi buruk akut akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia dan input pembangunan bangsa. Balita yang menderita gizi buruk kelak akan tumbuh menjadi satu generasi dengan keterbatasan otak.
"Ini akan tercipta sumber daya manusia yang tidak dapat bersaing dengan kemajuan zaman dan masyarakat akan kembali terjajah secara intelektual dan ekonomi oleh pihak luar," katanya. (Palce Amalo)
Gerakan bersama ini dimulai dengan dialog publik bertajuk '1.000 Hari Pertama Kehidupan', Selasa (24/9). Dialog tersebut bertujuan membangun pemahaman dan meningkatkan kesadaran pengambil kebijakan di daerah itu mengenai pentingnya perbaikan gizi.
Lima LSM itu ialah Wahana Visi Indonesia (WVI), World Food Programme (WFP), Action Contre La Faim (ACF), The Australian Agency for International Development (AUSAID), The United Nations Children's Fund (UNICEF), dan Advokasi Pemberdayaan Pengembangan Kampung (Bengkel Apek).
"Balita NTT harus mendapatkan gizi seimbang sehingga dapat menghasilkan generasi berprestasi karena jika gizi otak dan otot tercukupi, produktivitas kerja pun optimal," kata Kepala Badan Infokom NTT Richard Djami.
Balita yang mengalami gizi buruk kronis di daerah ini masih tinggi, yakni mencapai 58,4%. Penderita gizi buruk paling banyak terdapat di Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar 59,6%. Sedangkan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 57,0%.
Adapun di Kabupaten Manggarai dan Kupang masing-masing memiliki masalah gizi buruk akut yang tinggi, yaitu 33,3% dan 21,1%.
Menurut Richard, faktor kurangnya asupan gizi terjadi sejak kehamilan. Buruknya pemberian makanan antara lain karena rendahnya angka pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0 hingga enam bulan, pengenalan makanan tambahan yang terlalu dini, kurangnya konsumsi makanan bermutu pada anak umum enam hingga 24 bulan.
Hal itu, ujarnya, sebagai dampak dari beban kerja dan kurangnya pengetahuan para orang tua tentang gizi balita.
Ia mengatakan, implikasi balita yang mengalami gizi buruk kronis dan gizi buruk akut akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia dan input pembangunan bangsa. Balita yang menderita gizi buruk kelak akan tumbuh menjadi satu generasi dengan keterbatasan otak.
"Ini akan tercipta sumber daya manusia yang tidak dapat bersaing dengan kemajuan zaman dan masyarakat akan kembali terjajah secara intelektual dan ekonomi oleh pihak luar," katanya. (Palce Amalo)
Sumber : http://www.metrotvnews.com/