Cabang Gantolle PON XVIII Riau 2012 yang berlangsung di Bandara
Pinang Kampai, Dumai dari 10-17 September lalu, telah melahirkan
juara-juara baru.
Dari 33 penerbang asal 14 propinsi yang
mengikuti nomor-nomor lomba Sambar Pita & Ketepatan Mendarat serta
Lintas Alam Terbatas untuk Kelas A (High Performance) dan Kelas B
(Intermediate), tidak ada nama-nama para juara bertahan PON XVII Kaltim
serta Juara Nasional 2011 Ayat Supriatna (Jabar/Kelas B) dan Herda Eka
Nurhidayah (Jatim/Kelas A) sebagai peraih medali emas. Kelas A bagi
atlit yang memakai layangan dengan sayap dua lapis sehingga mampu
terbang lebih kencang dan bermanuver lebih canggih, sedang Kelas B bagi
penerbang yang memakai layangan dengan sayap satu lapis.
Pada
PON XVIII Riau para penerbang Gantolle (Layang Gantung) memakai teknik
lepas landas Aerotowing mengingat lokasi pegunungan terpencil dan sarana
infrastrukturnya kurang mendukung. Dimana atlit dengan layangannya
ditarik Gantolle bermotor (Microlight/Trike) dari landas pacu bandara,
hingga mencapai ketinggian ideal, sekitar 500-1000 meter di atas
permukaan tanah, baru atlit melepaskan tali penyambung dengan Trike.
Menurut
Ketua Bidang Lomba, Gerhard Sitorus, bukan hanya kabut asap akibat
pembakaran ladang yang mengganggu kelancaran lomba, “Arah angin yang
sering berubah tiba-tiba dan Crosswind, dari samping, menjadi hambatan
bagi banyak penerbang. Itu sangat berpengaruh dalam Ketepatan Mendarat.
Sedangkan angin dari arah depan (Headwind), sangat menguras fisik dan
konsentrasi atlit.” Bila dalam Nomor Sambar Pita & Ketepatan
Mendarat, regu Jawa Barat berhasil memborong kedua medali emas lewat Ir.
Koesnadi S. Bohon (Kelas A) dan Ujang Robi (Kelas B), maka dalam Nomor
Lintas Alam Terbatas, dimana atlit harus melewati beberapa titik
(berjarak sekitar 12 km untuk penerbang Kelas A dan 8 km untuk atlit
kelas B) dalam waktu tercepat, persaingan para penerbang amat ketat. “Si
anak hilang” penerbang Rusdianto (DI Yogyakarta) membuktikan bahwa
“Practice makes perfect”.
Terbiasa berlatih lintas alam di
kawasan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dan Bukit Telomoyo, Salatiga, Jawa
Tengah, dengan sabar ia meladeni kendala Headwind. Terbatasnya dana
pembinaan dari KONI Daerahnya, menyebabkan Rusdi absen dari PON Kaltim.
Pada Kejurnas 2009 dan Pra PON tahun lalu, ia hanya mampu menduduki
peringkat empat besar dalam nomor spesialisasinya itu. (*/)
Strategi
jitu yang diterapkan regu DIY juga mendukung keberhasilan Rusdiyanto,
36, mendobrak dominasi Jabar dan Jatim. Pada penentuan Ronde III, Senin
(17/9), ketika Gerhard membuka window (sesi penerbangan) pada pukul
12.15, tidak ada atlit yang langsung terbang. Sadar tak berpeluang
meraih emas karena jumlah nilainya rendah, rekan Rusdi yang sama-sama
berada di Kelas B dengannya, Munandar Bendol bersedia menjadi Wind
Dummy, “kelinci percobaan” untuk mengukur kekuatan dan arah angin dan di
towing pada pukul 12.47. Melihat Bendol berhasil terbang dengan
ketinggian 1000 meter di atas permukaan tanah, beberapa penerbang
terpancing dan berebut take off. Namun layangan Bendol lama-lama menurun
karena tidak ada thermal, udara panas. Begitupun para penerbang yang
mengikutinya. Cuaca mendung menyembunyikan matahari yang dapat membantu
penerbang menambah ketinggian. Di saat beberapa penerbang “rontok”
itulah Rusdi meluncur menempel Ayat Supriatna (Jabar) yang menjadi
pesaingnya merebut emas.
Sedang di Kelas A, penerbang Jawa
Timur hasil pembibitan intensif, Abdul Mustopa, yang pada Kejurnas (Pra
PON) tahun lalu masih di Kelas B, berhasil menggagalkan ambisi
seniornya, Herda Eka Nurhidayah mengawinkan medali emas pada dua PON
berturutan. Mustopa konsisten mengumpulkan nilai di atas 175 pada ketiga
ronde. Prestasi tersendiri bagi penerbang veteran, Tony F. Kullit (53)
yang selalu berhasil meraih medali pada setiap PON yang diikutinya sejak
merebut emas Nomor Duration pada PON 1985 untuk Jawa Barat, di saat
Mustopa baru berusia tiga tahun!
Menuju Asian Beach Games
Selalu
ramai dikunjungi penonton selama PON berlangsung, olahraga dirgantara
seperti Gantolle (Layang Gantung), tak hanya berpotensi besar menjadi
daya tarik wisata udara, namun menyusul anjloknya prestasi cabang
bulutangkis di tingkat internasional, harus dilirik pemerintah sebagai
olahraga andalan untuk merebut medali dan kembali mengharumkan nama
bangsa di tingkat dunia. Ketua Perkumpulan Olahraga Dirgantara
(Pordirga) Gantolle dan Paralayang Indonesia (PGPI) Adi Dirhamsyah, SE,
sangat antusias dengan perkembangan olahraga dirgantara di tanah air.
Apalagi jika melihat ikutsertanya lima cabang dirgantara sekaligus pada
PON XVIII Riau; Aeromodeling, Gantolle, Paralayang, Terjun Payung dan
Terbang Layang. “Saya berharap demam olahraga udara makin merata di
kalangan generasi muda seluruh Indonesia dan menular pada negara-negara
anggota ASEAN, agar semakin banyak cabang dirgantara bisa mengikuti
ajang Asian Beach Games (ABG) dan SEA Games (Pekan Olaharaga Asia
Tenggara),” ucap Adi.
Pada SEA Games 2011 di Indonesia,
cabang Gantolle absen, sedang tim nasional Paralayang Indonesia,
berhasil keluar sebagai juara umum dengan meraih 10 medali emas dari 12
buah yang diperebutkan di kelas putera dan puteri. Sebelumnya, pada ABG I
di Bali, 2008, tim Paralayang Indonesia juga keluar sebagai Juara Umum.
Bahkan atlit Paralayang Putri sempat tercatat sebagai peringkat pertama
dunia Ketepatan Mendarat. Sedangkan tiga atlit puteranya masuk 10 Besar
Dunia 2011.
Persiapan kearah mendunianya penerbang
Gantolle Indonesia sudah dimulai. Menurut Drs. Tagor Siagian, M. Si,
Ketua Bidang Humas & Promosi Federasi Aero Sport Indonesia
Perkumpulan Olahraga Dirgantara (Pordirga) Gantolle dan Paralayang
Indonesia (FASI PGPI) Bidang Gantolle, beberapa hari jelang PON, sebuah
delegasi yang dipimpin Sekjen FASI Pusat, Marsma TNI AU Khoirul Arifin
sudah presentasi tentang Gantolle di depan Panitia Besar ABG Phuket 2014
di Bangkok, Thailand. Bila disetujui Komite Olimpiade Asia yang akan
bertemu di Makao, November ini, Layang Gantung (Hang Gliding) berhak
mengikuti ABG Phuket. “Konsekuensinya, Indonesia bersedia melatih
penerbang dari Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina untuk memenuhi
syarat minimal empat negara peserta.
Wacana Kejuaraan Layang
Gantung Asia Oktober 2013 pun sedang disiapkan sebagai ajang sosialisasi
pada masyarakat Thailand. Lawan kuat yang bakal dihadapi Indonesia
adalah Jepang dan Korea Selatan yang sudah rutin mengikuti Seri
Kejuaraan Dunia. Tentunya berbagai lomba internasional dan lokal bila
teratur digelar, diharapkan dapat memicu pembibitan penerbang baru,
serta dukungan pemerintah dan sponsor. Lomba khusus Lintas Alam tingkat
nasional juga akan diselenggarakan rutin, karena di tingkat dunia, nomor
yang dilombakan hanya Lintas Alam, baik jarak terbatas maupun bebas.
Olahraga dirgantara itu paling irit biaya penyelenggaraan kejuaraan,
karena tak perlu bangun stadion. Stadionnya langit, sudah dibangun oleh
Tuhan,“ ujarnya semangat.
Kejuaraan Dunia Layang Gantung FAI
ke-19 akan berlangsung di Forbes Flatlands, Sydney, Australia pada 5-18
Januari 2013. Sekitar 107 penerbang dari 40 negara diperkirakan akan
berlomba pada kegiatan puncak FAI (Federasi Aeronautika Internasional)
cabang Layang Gantung setiap dua tahun itu. Perkumpulan Layang Gantung
Sydney mendapat kehormatan menjadi penyelenggara kali ini. Berlangsung
di Lapangan Udara Forbes, sekitar 5 jam perjalanan darat dari Sydney,
nomor yang dilombakan adalah Lintas Alam Terbatas (Goal and Race) yang
berjarak sekitar 200 km. Setiap harinya, para pilot rata-rata terbang
sekitar 5-6 jam. Mereka akan lepas landas dengan teknik Aerotowing,
dengan ditarik armada pesawat Ultralight, yang dijuluki Dragon Fly,
dirancang khusus untuk menarik Hang Glider, dari Forbes Aeroclub. Guna
mengantisipasi kedatangan pendukung para penerbang dunia itu, warga
lokal sampai menyewakan rumah mereka.
Para penerbang
Indonesia belum siap mengikuti Kejuaraan Dunia 2013. Ajang Kejuaraan
Nasional dan PON kurang mengasah kemampuan terbang lintas alam para
atlit, karena medan yang kurang ideal. Catatan prestasi penerbang
nasionalpun, masih sangat jauh tertinggal dengan para penerbang tingkat
dunia. Adapun rekor nasional Lintas Alam Tak Terbatas (Open Distance
Cross Country), masih dipegang penerbang senior Roy Sadewo (DKI Jaya),
yang berhasil terbang sejauh 92 km di Wonogiri (Jawa Tengah) pada 1995.
Sedang
rekor dunia Lintas Alam Tak Terbatas adalah 761 km yang dibuat Dustin
Martin dan Jonny Durand di Zapata, Texas, Amerika Serikat pada 3 Juli
2012. Penerbangan mereka berlangsung sekitar 11 jam dengan kecepatan
rata-rata 69 km/jam. Dustin memakai layangan merk Wills Wing jenis T2C
144, sedangkan Jonny memakai layangan Moyes Litespeed RX 3.5. Tak lama
setelah matahari terbenam pukul. 21.01 waktu setempat, Jonny mendarat
pukul 21.02 dan Dustin beberapa menit kemudian, 3 km setelah lokasi
pendaratan Jonny. Karena keduanya lepas landas dengan teknik Aerotowing,
maka jarak tempuh dihitung dari titik dimana atlit melepas tali
penyambung layangannya dengan Trike.
Sumber : http://olahraga.kompas.com/read/2012/09/24/21453471/.Jalan.Panjang.Menuju.Prestasi.Dunia
Catatan Tersisa Gantolle PON XVIII Jalan Panjang Menuju Prestasi Dunia
YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)
YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)
YOU MIGHT ALSO LIKE