Antibiotik Murah Hilang di Pasaran

Do you want to share?

Do you like this story?

YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)
YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)
JAKARTA--MICOM: Sejumlah obat antibiotik lini pertama (antibotika first line) turunan golongan penisillin menghilang di pasaran sejak 3-4 tahun terakhir dari pasaran.

Obat tersebut telah digantikan oleh antibiotik jenis sefalosporin yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal.

"Hilangnya obat turunan penisillin, membuat harga obat antibiotik di masyarakat lebih mahal. Pemerintah harus segera mengatasi ini," tandas kata Ketua Jurusan Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UGM Prof. Dr. Iwan Dwiprahasto di Jakarta, Kamis (11/11).

Untuk perbandingan harga, sebagai gambaran, Iwan mengatakan, suatu jenis obat dari jenis antibiotik penisilin yang harganya hanya Rp 18 ribu-Rp 24 ribu per ampul, kini menjadi sekitar Rp200 ribu per ampul setelah digantikan antibiotik dari jenis sefalosporin.

Iwan mengatakan, pihak produsen berdalih, enggan memproduksi antibiotik lama dengan alasan obat tersebut telah mengalami resistensi. Namun, dirinya membantah alasan tersebut. Hasil penelitian menunjukan, hasil resistensi hanya bersifat jangka pendek, dan bukan jangka panjang. Dia menjelaskan, resistensi antibiotik sejatinya berubah-ubah, bisa saja pada saat ini sudah resisten, tapi ada kemungkinan enam bulan lagi kembali seperti semula.

Dirinya menuding, stigmantisasi resistennya penisillin disengaja, lantaran harga obat yang dibuat dari turunan penisillin semakin jatuh seiring dengan semakin banyaknya industri farmasi yang membuat jenisnya. Imbasnya, lantaran harganya terus turun, produsen bahan baku obat semakin jarang memproduksi antibiotik penisillin.

"Isu penisillin telah resisten itu bohong. Tidak ada hasil survey resistensi penisillin di berbagai rumah sakit," paparnya.

Bahkan kata dia, telah ditemukan tingkat resistensi tinggi terhadap antibiotik sefalosporin terjadi di mana-mana. Pasalnya, lantaran harganya cukup mahal, ramai-ramai industri farmasi membuat turunan obat dari bahan ini. Akibat penggunaan yang luas dan intensif, maka resistensi sefalosporin terjadi terlalu cepat dari waktunya.

Lantaran imbas dari fenomena ini bermuara pada semakin beratnya amsyarakat untuk berobat, Iwan menyatakan, seyogainya pemerintah memberi insentif kepada BUMN industri obat misalnya dengan menghapus berbagai pajak, dari mulai pajak bahan baku penisilin, produksi, distribusi hingga pajak penjualan penisilin di tingkat apotek. (Tlc/X-11)

YOU MIGHT ALSO LIKE

Advertisements

YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)

Advertisements

YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)